Senin, 04 April 2011

Aklak Rasullulloh di hadapan Istri – istri beliau


Nabi Muhammad Saw merupakan sosok laki-laki yang diakui oleh istrinya sebagai suami idaman seperti yang dikemukan oleh Aisyah RA ketika ditanya tentang perlakuan Rasulullah Saw terhadap istrinya, “Dialah manusia terbaik, dalam akhlak dan segala-galanya, tidak pernah berbicara kotor dan berbuat kotor, tidak pernah bersuara keras terutama di pasar, tidak pernah membalas perbuatan buruk dengan perbuatan buruk pula tetapi selalu memberi maaf dan ampunan” (HR. Ahmad). Setiap suami dapat menjadi suami idaman seperti halnya Rasulullah Saw, dengan syarat sebagai berikut :

1. Iman dan Takwa
Iman dan takwa merupakan syarat mutlak. Hati harus selalu dekat dengan Allah Swt. Setiap menyelesaikan persoalan rumah tangga selalu merujuk kepada tuntunan Allah. Memperkuat hubungan dengan Allah merupakan jaminan terbaik agar pernikahan selalu terjaga kuat. Merasakan kedekatan dan kedamaian dalam hubungan dengan Allah akan berimplikasi pada hubungan suami dan istri di rumah.

2. Cinta dan Setia
Cinta tidak cukup disimpan di dalam dada tetapi perlu diwujudkan dalam tindakan agar seseorang dapat memahami bahwa kita mencintainya, “Bila seseorang mencintai saudaranya, hendaknya dia menceritakan cintaannya itu (HR. Abu Dawud). Terlebih lagi kepada istri yang terikat dengan ikatan suci pernikahan. Rasulullah Saw bersabda, “ Perasaan kasih adalah kecintaan suami kepada istrinya. Perasaan sayang adalah sayangnya suami kepada istrinya meskipun ada keburukan pada dirinya” (HR. Ibnu Abbas). Perasaan saling mencintai akan menjadikan pasangan suami-istri seolah-olah satu jiwa sebagai penawar segala-galanya. Perasaan ini akan mengalirkan rasa kebahagiaan sebagaimana ucapan Rasulullah Saw : Baiti jannati (Rumahku syurgaku). Rasulullah Saw amat mencintai Siti Khadijah, meskipun telah wafat. Sampai Aisyah dibalut cemburu. Wujud cinta dan kesetiaan Raselullah lainnya adalah dengan tidak menikahi Aisyah hingga wafatnya Khadijah.

3. Sayang Dan Penuh Perhatian
Rasulullah Saw selalu bersikap lembut terhadap istrinya sebagai wujud kasih sayang. Ia suami yang sangat menyayangi istrinya dan memperlakukan dengan penuh perhatian. Rasulullah biasa minum dari satu gelas dengan istrinya, termasuk istrinya sedang haid. Aisyah pernah bercerita, “Suatu saat ketika saya haid saya minum dengan gelas Rasulullah kemudian beliau meminum ditampat dimana saya meletakkan mulut. Ketika saya haid da tubuh saya berkeringat, saya memberikan gelas kepada Rasulullah dan beliau meminumnya ditempat yang saya minum” (HR. Muslim).

4. Jujur dan Terbuka
Rasulullah Saw dikanal jujur baik dalam perdagangan maupun dalam bersikap dengan istrinya. Tak ada yang disimpannya untuk diri sendiri. Bahkan ketika Aisyah cemburu kepada Rasulullah Saw yang selalu mengingat Khadijah yang telah wafat, beliau katakan sejujurnya, “ Bagaimana mungkin melupakan orang yang setia menemani di saat yang lain meninggalkan?”. Rasulullah Saw tidak pernah menyimpan rasa curiga kepada istrinya. Ketika Aisyah ditimpa fitnah, ia mengajak Aisyah berbicara secara terbuka untuk mengatakan yang sebenarnya, hingga turun ayat Al-Qur’an yang menyatakan bahwa apa yang terjadi dengan Aisyah hanyalah fitnah semata. Rumah tangga Rasulullah adalah rumah tangga yang dihiasi dengan kejujuran dan keterbukaan hingga tak ada lagi hal yang mengganjal di hati para istrinya.


5. Tidak Melakukan Kekerasan Fisik
Rasulullah Saw sangat marah kepada suami yang memukul istrinya. Sabda, “Tidakkah seseorang dari kamu merasa malu untuk memukul istrinya sebagaimana dia memukul hambanya? Di waktu pagi istrinya dipukul kemudian di waktu malam ditidurinya pula”.
Dari Abdullah bin Zam’ar bahwa Rasulullah Saw pernah bersabda,”Janganlah salah seorang di anatara kalian memukul istrinya sebagaimana memukul seorang budak belian.” (HR. Bukhari)

6. Memahami Kesulitan Istri
Seorang istri butuh dipahami suaminya. Suami hendaknya mau mendengar dengan penuh perhatian ketika istri sedang mengungkapkan permasalahan. Juga ikut merasakan kegelisahan dan dapat membantu menenteramkannya atau mengatasi permasalahannya. Sebagai seorang suami, Rasulullah Saw amat bertimbang rasa dan bersedia membantu keluarganya. Banyak pekerjaan yang dilakukan dengan tangannya sendiri, seperti menjahit pakaian dan memerah susu kambing. Ummul mukminin Aisyah berkata, “ Di rumah, Beliau adalah manusia biasa yang melakukan pekerjaan menjahit bajunya, memerah susu kambingnya, membersihkan terompahnya. Beliau mengerjakan setiap pekerjaan istrinya, tetapi bila datang waktu shalat beliau keluar untuk shalat.” (HR. Bukhari)

7. Periang Dan Suka Bercanda
Rasulullah Saw adalah orang yang tegas dan disiplin. Namun tidak berarti beliau orang yang kaku, dingin, dan tidak dapat bercanda. Justru Rasulullah Saw sering bercanda untuk menghilangkan ketegangan dan mencairkan suasana, namun tidak secara berlebihan. Meski beliau seorang yang sibuk, di sela-sela waktu tetap masih sempat bercanda dengan istrinya, seperti yang dilakukannya dengan Aisyah. Dalam riwayat Aisyah menerangkan kelembutan dan keramahan suaminya ketika berada di rumah, “Rasulullah Saw adalah selunak-lunaknya manusia, sepemurah-murahnya manusia, banyak tertawa dan senyum.” (HR. Ibnu Asakir)

8. Tegas dan Berwibawa
Sekalipun suka bercanda, sebagai suami Rasulullah Saw dapat bersikap tegas. Terutama ketika para istri menuntut lebih dari apa yan beliau berikan. Rasulullah Saw mengingatkan para istrinya bahwa mereka lebih baik memilih Allah daripada tergiur dengan kesenangan duniawi. Dalam peristiwa ini Rasulullah Saw pun dapat tetap menjaga wibawa di depan para istrinya, yaitu dengan tidak menampakkan rasa marahnya, meski sebenarnya beliau sangat marah. Beliau lebih memilih menjauhi para istrinya dengan menyendiri dan lebih mendekatkan diri kepada Allah, hingga para istrinya menyadari kesalahan mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar